Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » SASTRA » CERPEN » Cahaya di Tengah Mendung, Part 2

Cahaya di Tengah Mendung, Part 2

  • account_circle admin1
  • calendar_month Rab, 1 Mar 2023
  • visibility 42
  • comment 0 komentar

Sumber: Pinterest

“Om, kapan-kapan main lagi yuk.”

“Kalau Om sedih ke halaman aja, tiap sore kita main di sana.”

“Kita pulang dulu ya, Om.”

Aku melambai ringan membalas tiga anak yang sekarang berpamitan itu. Raut bahagia tercetak jelas di wajah mereka, bahkan menular sesaat padaku. Ternyata mereka tinggal di lantai yang berbeda, untuk itu aku membiarkan ketiga anak itu naik lift lebih dulu.

Sepeninggal mereka, aku kembali ke diriku yang lelah. Bahuku melemas turun digantikan dengan helaan napas lelah yang bercampur dengan rasa menggigil. Aku lapar, tapi tidak mungkin memesan makanan di saat hujan masih selebat ini. Meratapi nasib yang kembali sadar bahwa diriku menganggur sekarang, sepertinya aku harus menghabiskan waktu sendiri untuk sementara waktu.

Pikirku, setelah mandi aku akan langsung tidur atau paling tidak menunggu hujan reda agar bisa memesan makanan. Namun apa yang terjadi selanjutnya benar-benar di luar dugaan. Harum masakan yang menyengat indera penciuman benar-benar membuatku melangkah tergesa ke dapur.

“Dee?” panggilku tak yakin pada sosok perempuan yang mengenakan apron membelakangiku. Tak ada siapapun yang tahu sandi apartemenku kecuali aku sendiri, Mama dan Derana, sahabatku.

“Hei, habis hujan-hujanan ya?” tanya Derana sambil tersenyum manis. Aku tertegun sebentar melihatnya. Agak tidak yakin dengan kehadirannya yang super mendadak. Tak bisa dipungkiri bahwa aku juga senang karena secara tak langsung kehadirannya berhasil mencegahku kelaparan malam ini.

“Iya,” jawabku setelah jeda cukup lama.

“Pantesan kok tumben mandi sore. By the way, aku udah lihat.”

“Lihat apa?”

“Itu, surat yang kamu remas sampe bentuknya kaya bola.”

Pandanganku spontan tertuju pada gumpalan kertas yang aku masukkan pada tas koper tadi. Sekarang koper itu telah terbuka karena sebelum mandi tadi aku sempat memastikan bahwa dokumen di dalamnya selamat. Beruntung tak ada jejak basah.

“Oh itu,” aku mangut-mangut. “Menurut kamu gimana?”

“Hm…berita buruk kalau didengar sama orang tua kamu. Tapi buat aku, itu bukan sesuatu yang buruk. Namanya juga hidup.”

Baca juga: CERPEN: Cahaya di Tengah Mendung Part 1

Aku sudah menduga jawaban itu. Singkat dan terlalu sederhana, khas Derana sekali. Sudah 10 tahun aku mengenal perempuan itu dan tak ada yang berubah darinya. Mulai dari pola pikirnya yang sederhana, tak suka basa-basi dan segala tingkahnya yang tak terduga. Harusnya aku tidak terkejut dengan balasannya barusan, namun karena hari-hariku yang berjalan buruk, suasana hatiku langsung memburuk.

“Oh,” jawabku singkat. Derana tersenyum menanggapi jawabanku.

Just a bad day, not a bad life,” sambung Derana sebelum aku sempat berpaling. “Kalau aku bilang itu cuma kerjaan, ya emang karena aku nggak tau seberapa berharganya pekerjaan itu buat kamu. Tapi Jen, kamu pasti pernah denger, sesuatu yang kamu anggap buruk itu nggak sepenuhnya buruk kok. Pasti bakal ada kejutan dibaliknya.” Sembari menuang sup ayam ke mangkuk ia melanjutkan. “Aku yakin bakal ada sesuatu buat kamu setelah ini, Jen.”

“Oh ya?” balasku tak tertarik.

“Aku lihat kamu main sama anak-anak di bawah tadi,” ujar Derana tiba-tiba. “Dan kamu kelihatan seneng banget. Kamu tertawa sama mereka seolah nggak punya beba. Aku jadi bisa ambil kesimpulan dari sana. ” ujarnya lagi membuatku menoleh bingung.

“Maksudnya?”

Derana menatapku. “Kamu itu berharga, Jen.”

Aku terdiam.

“Meskipun aku nggak tau pasti asal usul kalian bisa main seseru itu, pasti mereka bilang sesuatu sebelum ngajak kamu main.”

Wajah datar tanpa antusiasmeku berubah masam sedetik kemudian. Seketika teringat pada salah satu anak yang memanggilku ‘Om’ tadi. “Mereka manggil aku pakai Om. Emang aku kelihatan setua itu sampai dipanggil Om?”

Derana memutar bola mata. “Bukan itu maksud aku, tapi…mereka pasti minta tolong ke kamu ‘kan sebelum kalian main?”

“Oh. Iya sih.”

“Nah itu, sekarang kamu paham?” Perempuan itu memandangku lekat sampai aku menahan napas tanpa sadar. “Mungkin pekerjaan ini begitu berarti buat kamu dan rasa-rasanya kamu lagi nggak pengen ngapa-ngapain sekarang setelah dipecat. Tapi Jen, terkadang kamu butuh suatu hal baru yang bisa bikin diri kamu terus berkembang. Bisa aja ‘kan dengan kamu dipecat, ada perusahaan lain yang lebih besar dan lebih butuh jasa kamu. Kamu itu berharga jika ada di lingkungan yang tepat. Contohnya kaya anak-anak tadi yang butuh kamu walau sebatas dimintai tolong buat ikutan main bola tapi kehadiran kamu itu seolah pelengkap buat mereka.”

Aku diam. Tidak mengangguk, tidak juga menggeleng. Hanya memandang Derana lekat sampai perempuan itu lelah sendiri. Terlihat dari dengusan napasnya disusul tamparan keras di lenganku.

“Di umurmu yang sekarang, harusnya aku nggak usah repot-repot jelasin sampai mendetail, ‘kan?”

Akhirnya aku hanya meringis kikuk. “Iya, ngerti. Makasih.”

“Oke sip, sekarang makan. Ini pakai resep dari Mama kamu.” Senyum cantik itu akhirnya terlihat kembali dilengkapi dengan sodoran mangkuk sup yang sudah dilengkapi dengan nasi. “Kamu udah jalani hari-hari yang berat dan you did well, Jenandra. Apapun yang kamu lakuin, kamu selalu baik di mata aku.”

Aku tersenyum tanpa suara membalasnya. Ucapan darinya itu, kebanyakan aku balas hanya dengan senyuman, dan Derana tidak banyak protes. Perempuan itu memahamiku, aku tahu. Sayangnya aku belum cukup memahaminya hingga menyebabkannya berpaling. Cincin yang melingkar di jari manis kirinya telah menjawab semuanya.

Perhatian Derana memang milikku sekarang, namun beberapa tahun lagi aku akan kehilangannya.

***

Selesai

Oleh: Alfina Winda

  • Penulis: admin1

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • Aneh

    Aneh

    • calendar_month Sel, 1 Mei 2018
    • account_circle admin1
    • visibility 45
    • 0Komentar

    Oleh: Sahrul Amar Saksena Jalanan ramai Dua orang sibuk ke ujung Seluruh ruang menyempit Menghimpit andai-andai yang membesar  Jari dan asap rokok sibuk menandingi kealpaan suaramu Jendela membelah mata Kanan dan kiri Membelah kenyataan dan harapan Bahwa di tempat yang kecil dan luas ini Aku mendatangimu dan kau tidak menyerahkan dirimu Aku menolak pulang Pulang […]

  • Webinar Daring KKN RdR Kelompok 6 UIN Walisongo; Tingkatkan Literasi Financial Planning

    Webinar Daring KKN RdR Kelompok 6 UIN Walisongo; Tingkatkan Literasi Financial Planning

    • calendar_month Sen, 8 Nov 2021
    • account_circle admin1
    • visibility 49
    • 0Komentar

    lpminvest.com– Kelompok 6 Kuliah Kerja Nyata Reguler dari Rumah (KKN RdR) Angkatan 77 adakan webinar daring Financial Planning dengan tajuk “Uang Habis Sebelum Tanggal 1? Kenapa Nggak Financial Planning Aja.” Menggandeng Lembaga Investor Saham Pemula (ISP Semarang) pada Minggu, (7/11/2021), webinar bertujuan untuk meningkatkan literasi tentang financial planning. Memanfaatkan platform Zoom, kegiatan berjalan dengan baik. […]

  • Peringatan Rebo Wekasan Sebagai Upaya Pencegahan Musibah

    Peringatan Rebo Wekasan Sebagai Upaya Pencegahan Musibah

    • calendar_month Sel, 13 Okt 2020
    • account_circle admin1
    • visibility 37
    • 0Komentar

    lpminvest.com- Warga Rt 02 Rw 06 Desa Ngembalrejo peringati tradisi rebo wekasan sebagai salah satu cara untuk melindungi diri dan melakukan pencegahan terhadap terjadinya musibah (13/10/2020) Tradisi rebo wekasan atau bisa dimaknai sebagai tradisi yang dilaksanakan pada hari rabu terakhir di bulah Shafar ini dimaksudkan sebagai upaya untuk menjaga dan melestarikan tradisi yang telah diwariskan […]

  • Webinar Pra PBAK, Gerakan Mahasiswa terhadap Kebijakan Ekonomi

    Webinar Pra PBAK, Gerakan Mahasiswa terhadap Kebijakan Ekonomi

    • calendar_month Ming, 6 Sep 2020
    • account_circle admin1
    • visibility 36
    • 0Komentar

    lpminvest.com- Pra Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) UIN Walisongo Semarang berhasil dikemas oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) dalam sebuah webinar. Dipersembahkan untuk 440 mahasiswa baru FEBI, webinar ini mengusung tema Gerakan Mahasiswa terhadap Kebijakan Ekonomi. Berlangsung ramai melalui Zoom Meeting dengan menghadirkan dua narasumber yaitu Nasrul Fahmi Zaki Fuadi dan Ahmad Lutfi. Minggu, (6/9/2020). “Gerakan […]

  • Debat Sengit Bahasa Arab; Tak Disangka FUHUM Raih Medali Emas

    Debat Sengit Bahasa Arab; Tak Disangka FUHUM Raih Medali Emas

    • calendar_month Rab, 10 Nov 2021
    • account_circle admin1
    • visibility 40
    • 0Komentar

    lpminvest.com- Rabu, (10/11/21) Orientasi Olahraga, Seni, Ilmiah, dan Keterampilan (ORSENIK) UIN Walisongo mengadakan cabang lomba (cabor) Debat Bahasa Arab. Lomba tersebut diikuti oleh mahasiswa angkatan 2020 dan 2021, diadakan lewat pertemuan virtual Zoom Meeting. Suasana lomba begitu sengit, hingga membuahkan jajaran para juara hingga Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHUM) meraih gelar juara. Azzah Luqinatul Husna […]

  • Santri Mengurangi Antrean PNS

    Santri Mengurangi Antrean PNS

    • calendar_month Sab, 20 Feb 2016
    • account_circle admin1
    • visibility 39
    • 0Komentar

    Berangkat dari falsafah Santri, bahwa pesantren lahir dari masyarakat dan untuk masyarakat, Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalharjo-Magelang, berinisiatif ikut mengurangi antrean  Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan mengajarkan santri untuk menjadi santri Entrepreneur. Ujar Yusuf Chudlori-pengasuh santri entrepreneur (Jum’at, 20/02/2016) Meski ketika santri mondok tidak diajari pelajaran tentang mandiri ekonomi, Yusuf menekankan para santri […]

expand_less