S e m a r a n g – Untuk meningkatkan kerukunan umat beragama di Kota Semarang, Komisi Kitab Suci Keuskupan Agung Semarang bersama Komisi Kitab Suci Kevikepan Semarang mengadakan Pameran Kitab Suci Lintas Agama dengan tema “Damai Kotaku Semarang Hebat”.
Acara yang dihelat di Gedung Sukasari, kompleks Gereja Katedral Sub Tutela Matris, Jl.Dr.Sutomo Semarang itu berlangsung selama dua hari (9-10/12). Pada 9 Desember 2017, acara pengenalan kitab suci dari enam agama, yaitu Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Buddha, dan Konghuchu. Dan pada 10 Desember 2017 diadakan pementasan seni dari masing-masing agama.
Dalam pameran itu, dari setiap agama dihadirkan perwakilan untuk berpartisipasi dan memeriahkan.Agama Islam diwakili mahasiswa jurusan Perbandingan Agama UIN Walisongo, agama Katolik dari KatedralSub Tutela Matris, dan agama Kristen dari Gereja Kristen Jawa. Adapun agama Hindu dari Parisada Hindu Darma Indonesia (PHDI) Kota Semarang, Buddha dari Kelenteng Takashi Semarang, serta agama Khonghucu diwakili oleh Majelis Tinggi Agama Khonhucu Indonesia (MATAKIN) Kota Semarang.
Johanes Arief Putranto selaku ketua pelaksana menuturkan bahwa tujuan diadakannya acara Pameran Kitab Suci Lintas Agama adalah untuk menumbuhkan rasa toleransi dan kerukunan sesama umat beragama. Sehingga diharapkan dapat menumbuhkan rasa saling menghormati satu sama lain, khususnya antar umat beragama di kota Semarang.
“Acara ini berupa pengenalan kitab suci dari masing-masing agama. Kita (panitia-red) beri waktu untuk presentasi. Sehingga kami dapat mendengar penjelasan tentang agama-agama lain dari narasumber asli. Kita inginnya dari narasumber terpercaya yang benar-benar memaparkan agamanya dengan kesejukan, suka cita dan bahwa hidup itu seduluran,” ungkapnya saat diwawancarai kru Warta Ngaliyan. Sabtu, (9/12/2017).
Sedangkan Rizki Ainun, salah satu panitia saat ditemui kru Warta Ngaliyan pun berharap acara tersebut dapat memberikan wawasan lebih kepada para pengunjung mengenai kitab suci dari enam agama resmi Indonesia. Serta menyadarkan bahwa semua agama itu mengajarkan kebajikan.
“Harapannya, Kota Semarang menjadi kota yang damai, sikap tolerannya tinggi. Dan isu-isu keagamaan, rasa tau lainnya bisa sedikit berkurang. Jadi, kita sebagai mahasiswa harus aktif dalam kegiatan aksi-aksi sosial,” pungkas mahasiswa UIN Walisongo. (Gozali-[i])