Pondok Damai, Tumbuhkan Toleransi Pemuda Antar Agama

pondok damai
doc. rizqi ilahiyyah

lpminvest.com-Adanya keberagaman di Indonesia, menjadikan beberapa kaum muda lintas iman berkumpul dan saling bertukar fikiran mengenai agama dan kepercayaan yang ada. “PONDOK DAMAI” lebih tepatnya nama sebuah perkumpulan yang memberikan wadah untuk kaum muda yang haus akan rasa penasaran dengan keberagaman.

Pondok damai pertama kali diadakan pada tahun 2005, bertempat di Vihara Syailendra Kopeng. Kegiatan ini diinisiasi oleh 3 orang, Tedi Kholiludin, Roni Candra Kristiyanto, dan Lukas Awi Tristanto. Namun, perjalanan podok damai yang notabennya sudah berlangsung selama 10 kali tidak semulus yang dibayangkan. Pada tahun 2013, terjadi misscommunication antar anggota yang mengakibatkan vakumnya kegiatan tersebut.

“Pondok damai ini sendiri bisa diselenggarakan 1 tahun sekali atau bahkan setahun 2 kali, hal tersebut kembali lagi kepada volunteer kepanitiaan,” ucap Yohanes Okta Gimanto. Sabtu, (22/2/017)

Pada tahun 2017, kegiatan pondok damai kesepuluh diselenggarakan pada tanggal 21-23 April yang bertempat di Vihara Budhagaya Watu Gong, Semarang. Penyewaan tempat acara pondok damai kesepuluh didapatkan dari link yang dimiliki panitia, serta tidak dikenakan biaya dalam penyewaan tempat.

Kegiatan ini diikuti oleh 31 peserta yang mewakili dari beberapa agama yaitu Islam, Kristen, Katolik, Budha, dan Hindhu.

“Pada tahun ini, sebenarnya kita ingin mengadakan acara pondok damai X di gereja Katolik, karena kita belum pernah menyelenggarakan disana. Akan tetapi karena tidak ada link  yang menghubungkan kita kesana, akhirnya kita tidak jadi mengadakan acara tersebut di gereja Katolik,” imbuh Manto kepada kru lpm invest.

Jalannya pondok damai memberikan kesan khusus bagi pesertanya sebagaimana yang dituturkan oleh Vania salah satu peserta daru Universitas Katolik (Unika) Semarang.

“Dimulai dari dukanya yang ada dari beberapa agama tidak dapat hadir dalam acara. Kalau suka sih banyak, bisa ketemu temen-temen lama, sama kenalan dengan teman-teman baru, menghabiskan waktu bersama. pesertanyapun aktif dan inisiatif apalagi ketika game atau ice breaking,” jelas Vania.

Hal serupa juga diungkapkan Eka (20) peserta beragama Budha mahasiswa dari STIAB Smaratungga dalam wawancaranya pasca kegiatan Pondok Damai.

“Pondok damai merupakan acara terabsurd yang pernah aku ikuti, dimana semua orang menjadi narasumber oleh orang-orang yang haus akan rasa penasaran, tempat yang tanpa ditekankan pada ketoleransian tapi secara naluri mereka paham akan perlunya toleransi itu sendiri. Tempat dimana berkumpulnya manusia yang legowo dan tidak marah bahkan dengan guyonan yang dianggap sangat sensitive, acara yang banyak debatnya tapi tidak ngoyo. Kita semua damai dalam pondok ini”

 Via/kiki [i]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *