Oleh: Selvina Idha Alifiani
Awan bersama angin mengiringi rintik air
Membawa setiap hembusan dingin hingga menusuk kulit
Kala itu, aku duduk bersandarkan dinding
Merasakan tiap tarikan napas, yang keluar dari diriku
Aku merenung dalam keheningan
Membiarkan ingatan itu kembali mengalir
Meratapi setiap detik yang telah berlalu
Pikiranku berkelana dalam labirin waktu
Berpikir, “Kalau saja kala itu aku diam”
Apakah tidak akan jadi seperti ini?
Dia diam, tanpa sepatah kata
Hingga meninggalkanku dalam sepi
Kalau saja aku memilih diam
Akankah dia tetap di sini?
Atau justru keheningan ini
Yang akan membawa kita pada akhir yang sama?
Kini, kusesali kata yang telah terucap
Dalam dingin yang masih menusuk kalbu
Membiarkan waktu mengajariku arti
Bahwa terkadang, diam lebih berarti
[ Pengurus Invest Redaksi Periode 24/25 ]