Kalahkan Monster Oligarki, DEMA FEBI Selenggarakan Nobar “Sa Pu Hutan”

(Poster Film Sa Pu Hutan)

 

(Poster Film Sa Pu Hutan)
(Poster Film Sa Pu Hutan)

lpminvest.com–Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (DEMA FEBI) UIN Walisongo Semarang menyelengarakan acara Nonton Bareng (Nobar) film yang bertajuk Sa Pu Hutan, episode ketiga dari seri film “Demi 1%.” Acara tersebut dibuka untuk umum, pada Kamis, (9/12/2021). Nobar ini di selenggarakan untuk kalahkan monster oligarki, serta melindungi bumi dari kerusakan lingkungan dan menghindari konflik kekerasan.

“Diharapkan dengan adanya acara ini kita semua khususnya mahasiswa agar lebih terlatih dan lebih peka terhadap isu-isu yang akhir-akhir ini sedang marak, termasuk isu lingkungan yang ada di Papua tersebut. Harapannya agar punya nalar kritis agar bisa membantu itu,” papar Agustina selaku Ketua Panitia acara tersebut.

Setelah pemutaran film Sa Pu Hutan selesai, selanjutnya diadakan diskusi bersama. DEMA FEBI mendatangkan pemateri yaitu Adib Saifin Nu’man. Kita berada negeri yang memiliki keanekaragaman yang melimpah, sumber-sumber energi terbarukan yang tak ada habisnya serta kearifan masyarakat yang menjaga alam. Alih-alih memanfaatkan kekayaan alam untuk memberi kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia, elite oligarki berambisi untuk mengeruk segala sumber daya yang ada untuk kelompok mereka sendiri dan menghancurkan lingkungan.

(Pemaparan Materi oleh Narasumber)
(Pemaparan Materi oleh Narasumber)

Dalam sesi diskusi tersebut, sempat terjadi perbedaan pendapat antara pemateri dengan peserta yang menanggapi pernyataan dari pemateri. Adib Saifin Nu’man selaku pemateri mengungkapkan bahwa suatu infrastruktur di Papua tidak diperlukan oleh masyarakatnya. Dikarenakan masyarakat Papua sudah merasa cukup dengan kehidupan mereka yang sesuai dengan adat istiadat yang berlaku di Papua.

“Masyarakat Papua itu tidak memerlukan infrastruktur, karena masyarakat Papua sudah memiliki hutan buat segala-galanya, hutan disebut sebagai mama mereka,” terang Adib.

Tetapi pendapat dari sang pemateri disanggah oleh Maldini, ia kurang setuju dengan pendapatnya pemateri tersebut yang mengatakan bahwa masyarakat Papua tidak memerlukan infrastruktur dalam kehidupannya.

“Masyarakat papua itu memperlukan infrastruktur yang memadai untuk kelangsungan hidup, karena angka kematian masyarakat Papua itu tinggi akibat kurangnya fasilitas untuk melahirkan. Sehingga angka harapan hidup di Papua rendah,” terang Maldini. [i]

Penulis: Celine Irfanty dan Malika Rahma Arifina (Kru Magang LPM Invest 2021)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *