Pendidikan sangat luas jangkauannya, tidak terbatas pada pendidikan formal saja. Lebih dari itu, pendidikan informal juga menjadi bagian dari ranah pendidikan yang patut diajarkan dan disebarluaskan kepada masyarakat. Semuanya bertujuan satu yaitu mengedukasi serta memberi pencerahan kepada orang-orang agar tahu dan mengamalkan ajaran pendidikan yang baik dan luhur.
Tahun 2021 ini kita sedang berada dalam fase revolusi industri 4.0 dimana semua hal serba bisa diketahui dan diakses hanya dengan internet. Internet of things umum disebut oleh masyarakat dunia. Hanya bermodal jaringan dan kuota internet, maka semua hal dapat diketahui dengan mudah dan cepatnya. Kecanggihan telpon pintar dan kecepatan internet juga dimanfaatkan untuk media edukasi. Audiovisual menjadi salah satu sarana karena dianggap ‘ramah’ kepada segala kalangan. Selain itu, CC dan subtitle juga menjadi perhatian dalam rangka pemenuhan pengetahuan di penjuru dunia.
YouTube menjadi salah satu aplikasi media edukasi yang banyak diunduh oleh orang-orang sekitar kita. Bagi penikmatnya, selain pemenuhan kebutuhan hiburan juga bisa dijadikan sumber ilmu lewat tontonan dan kontennya. Bagi kreator, dapat menjadi ajang transfer kreativitas sekaligus kampanye edukasi. Tidak hanya YouTube, platform audiovisual lain seperti Netflix, Disney+ Hotstar, dan lainnya juga dimanfaatkan demikian oleh banyak orang sekarang ini. Maka dari itu, penulis menyajikan beberapa rekomendasi tontonan yang mengedukasi. Berbasis audiovisual tentunya, berikut keempatnya:
Pertama, Girl From Nowhere 2 (17+) atau dapat disingkat dengan GFN 2 merupakan sebuah series yang berasal dari Thailand. Sekuel dari GFN season pertama ini memiliki kesamaan yang ada pada tokoh utamanya, Nanno. Serial yang berjumlah 8 episode ini menceritakan hal yang berbeda pada tiap episodenya. Namun demikian, isu dan pesan yang diangkat berdekatan dengan masyarakat serta kekinian. Pembuat series ini telah berhasil membawa pesan edukasi kepada masyarakat terkait isu yang perlu ‘ditampar’ dengan tontonan yang edukatif nan satire.
GFN 2 mengajak para penikmatnya untuk sadar akan isu yang telah dinormalisasi selama ini agar diakhiri. Pesan atau amanat yang dapat diambil juga berlaku kepada segala kalangan dan usia, utamanya usia remaja – karena latar dari serial ini adalah sekolah menengah. Dapat diperhatikan bahwa serial ini akan mengandung konten darah, seks, dan hal-hal lain yang perlu menjadi kewaspadaan penontonnya. GFN 2 dapat ditonton dan dinikmati lewat platform Netflix.
Kedua, Law School (15+). Drama Korea atau sering disebut drakor sudah dekat sekali dengan kehidupan remaja masa kini, termasuk di Indonesia. Drakor banyak diminati karena alur cerita dan pesan yang ingin disampaikan pembuat sangat menarik dan complicated. Salah satu drakor yang mengantongi predikat tersebut adalah Law School.
Jurusan hukum merupakan salah satu jurusan yang banyak peminatnya dan tergolong bonafide di banyak perguruan tinggi. Di Korea Selatan juga demikian, profesi yang berkaitan erat dengan hukum seperti jaksa, hakim, dan pengacara sangat banyak peminatnya. Untuk mendapatkan posisi tersebut, tentu harus lulus dari fakultas hukum. Drakor Law School inilah yang menceritakan tentang mahasiswa fakultas hukum. Latar yang dominan dalam drakor tersebut adalah di dalam kelas dan ruang sidang. Penonton diedukasi untuk paham istilah-istilah hukum, kinerja para pekerja hukum, dan hukum itu sendiri. Banyak sekali ilmu yang didapatkan apabila menonton Law School ini meski berasal dari jurusan selain hukum. Law School dapat dinikmati secara resmi lewat platform Netflix.
Ketiga, Locker Room (16+). Film pendek ini merupakan karya penulis sekaligus director film Australia, Greta Nash. Film pendek yang menyoroti pemain utamanya, Carla ini mengangkat sebuah pesan edukasi yang dapat mencerahkan masyarakat. Pesan moral dan pendidikan yang diangkat adalah mengenai perilaku remaja yang berkaitan dengan seksualitas.
Bagaimana rasanya putus hubungan dalam sebuah pertemanan? Carla mengalaminya dalam film pendek Locker Room ini. Dirinya menemukan perilaku tidak terpuji teman-teman prianya yang tidak pantas dijadikan alasan sebagai ‘jokes’. Carla benar-benar sosok yang menggambarkan perempuan -kebanyakan- di masyarakat. Ia berani mengambil keputusan yaitu mengakhiri pertemanan demi memberikan sebuah pelajaran. Bagaimanapun juga tindak asusila tidak dibenarkan baik secara verbal maupun non verbal.
Film pendek yang telah mendapat banyak penghargaan salah satunya Flickerfest 2018 Mayoral Prize for Best Film ini dapat menjadi ajang edukasi bagi para orang tua, remaja, dan tingkatan usia lain. Greta Nash telah berhasil menyampaikan kampanye pelecehan seksual kepada para penontonnya. Dibuktikan dengan 100 ribu likes di kanal YouTube Omeleto. Kalian juga bisa menontonnya secara gratis sekaligus mode offline di sana.
Keempat, film Coco (13+) garapan Disney PIXAR. Film yang rilis tahun 2017 silam ini mendapat rating 8.4/10 oleh IMDb dan telah memperoleh banyak penghargaan termasuk sebagai Best Animated Feature Film dalam Oscar. Coco memperlihatkan keeratan hubungan sebuah keluarga dan kegigihan seorang anak dalam menggapai passionnya.
Pada tahun rilisnya, Coco amat populer di kalangan masyarakat dunia. Latar yang diambil adalah perayaan day of the dead dalam kepercayaan masyarakat Meksiko. Film tersebut menceritakan sosok Miguel yang ditentang keluarga karena minatnya pada musik. Dia berpetualang di dunia para mayat untuk mencari sosok buyutnya yang merupakan seorang musisi. Film ini mengedukasi penonton tentang arti penting keluarga dan dukungannya untuk sebuah mimpi atau cita-cita. Lebih lagi, pesan moral yang dapat diambil patut diterapkan dalam dunia nyata. Animasi dan musik yang apik merupakan daya tarik tersendiri dari film ini. Kalian bisa menontonnya lewat platform Disney+ Hotstar bersama dengan keluarga tercinta. [i]