Webinar Moderasi Beragama, Keshalihan Sosial dan Ritual Sama Pentingnya

WhatsApp Image 2020-10-25 at 4.35.35 PM

lpminvest.com– Bertajuk Suarakan Moderasi Beragama untuk Pebaharuan Karakter Milenial adalah sebuah webinar moderasi agama yang digelar oleh kelompok 17 Kuliah Kerja Nyata Reguler dari Rumah (KKN RdR) Angkatan 75 UIN Walisongo Semarang. Minggu, (25/10/2020).

Melalui Zoom Meeting Khoirul Anwar hadir sebagai narasumber, yang kebetulan juga penulis buku Berislam di Era Mienial.

“Judul diskusi kita pagi ini ‘Berislam Secara Moderat’, yang sama persis dengan judul buku saya yang insyaallah akan terbit pada bulan Desamber nanti. Jadi teman-teman di sini bakal tahu isi buku sayasebelum waktunya tapi hanya nol koma sekian persennya saja,” tungkasnya.

Moderasi beragama ini merupakan dirkursus global, bukan lagi lokal yang secara umum memiliki tiga prinsip.

“Manusia harus memiliki perasaan bahwa dunia ini milik bersama  dan kita harus memunculkan rasa persaudaran kepada semua orang, kemudian rasa cinta kasih juga harus tumbuh tanpa membeda-bedakan agama, budaya, suku, ras, warna kuli, aal, jenis kelamin, dn lainnya, serta yang terakhir yaitu harus memperlakukan manusia dengan setara atau adil. Sehingga secara umum prinsip moderasi agama ada tiga yaitu kemanusiaan, persaudaraan, dan keadlilan,” papar laki-laki kelahiran Brebes ini.

Moderat berasal dari bahasa Arab yaitu tawassuth yang artinya tengah. Tengah di sini maksudnya adil dan baik.

“Saya analogikan ya. Contohnya wasit sepak bola, wasit artinya tengah dan secara harfiah dia selalu di tengah lapangan. Bukan hanya sebatas itu,  tapi wasit itu bersikap adil dan baik meskipun pemain berada di pojok lapangan sekalipun wasit akan menganggap itu pelanggaran,” tuturnya.

Terkadang manusia sering tidak sadar kalau dia adalah makhluk sosial sehingga tenggang rasanya berkurang hanya karena ada orang lain yang kurang shalih.

“Coba perhatikan orang yang khusyuk shalatnya dan sering jamaah ke masjid pasti mereka kurang ramah dengan orang yang jarang ke masjid, orang yang memakai pakaian tertutup akan kurang ramah dengan orang yang pakaiannya terbuka. Moderasi agama itu bukan hanya mengatur hubungan kita dengan Allah semata tapi juga dengan makhluk dan lingkungan. akan tetapi banyak di antara kita yang tidak sadar akan hal ini, padahal keshalihan sosial dan ritual itu sama pentingnya,” paparnya.

Masih sejalan dengan pertanyaan Izzul Akmal yang bertanya perihal penerapan toleransi moderasi beragama di masa sekarang.

“Apakah boleh mengucapkan selamat natal? Tentu boleh. Ketika kita mengucapkannya bukan berarti kita menjadi Kristen. Karena beralih ke Kristen tidak semudah itu, apalagi beralih ke Katolik lebih rumit. Ucapan tersebut hanya bentuk apresiasi atau penghargaan,” ungkap Khoirul Anwar yang sering disapa Awang tersebut.

Awang merinci bahwa singkatnya toleransi itu penghargaan atas perbedaan, dan menyadari setiap orang mempunyai hak dan kewajiban. Ari_[i]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *