Dinilai Tidak Diakui Kampus, Ini Klarifikasi Lutfi Mahasiswa Pemilik IPK 3,94

Lutfi Nur Fadillah, Mahasiswa jurusan Ilmu Falak, Fakultas Syariah dan Hukum yang mendapatkan IPK 3,94.
Lutfi Nur Fadillah, Mahasiswa jurusan Ilmu Falak, Fakultas Syariah dan Hukum yang mendapatkan IPK 3,94.
Lutfi Nur Fadillah, Mahasiswa jurusan Ilmu Falak, Fakultas Syariah dan Hukum mendapatkan IPK 3,94.

lpminvest.comLutfi Nur Fadillah adalah salah satu mahasiswa jurusan Ilmu Falak  Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) angkatan 2014 yang mengikuti prosesi wisuda ke-72. Bertempat di auditorium 2 Kampus 3 UIN Walisongo Semarang. Rabu, (7/03/2018).

Lutfi sapaan akrabnya, sempat mendadak  viral di sosial media dikarenakan prestasinya yang mendapat IPK 3,94,  namun dirasa tidak mendapat pengakuan di lingkungan UIN Walisongo. Padahal IPK yang didapatkan menyamai IPK predikat ‘Mahasiswa Terbaik’.

Kepada kru lpminvest.com, Lutfi memberi penjelasan bahwa tidak menjadi masalah ketika dirinya tidak diumumkan menjadi mahasiswa terbaik. Karena menurutnya, IPK yang didapatkannya bukanlah apa-apa, yang terpenting adalah proses pada saat perkuliahan.

“Sebelumnya, saya sendiri tidak tahu bahwa ternyata di Fakultas Syariah dan Hukum ini ada yang mendapatkan IPK sama. bahkan bisa dikatakan paling tinggi di lingkungan UIN Walisongo. Saya pribadi bersyukur bisa mendapatkan IPK yang cukup memuaskan. Selain itu juga target untuk bisa lulus di semester ini dapat tercapai,” tutur perempuan pemilik zodiak Libra tersebut.

Menurutnya, pengakuan mendapatkan IPK tinggi hanya berlaku pada saat seremonial wisuda, dan baginya hanya sekadar numpang lewat. Jadi tidak menjadi masalah kalau IPK nya tidak disebut. Saya yakin, pihak fakultas  juga tidak serta merta dalam mengambil keputusan.

“Kemarin, pada saat pelaksanaan wisuda fakultas, Dekan, Kajur dan Sekjur juga sempat mengungkapkan bahwa mereka  sulit untuk mengambil keputusan. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan, seperti perolehan IPK yang sama, satu fakultas, sama-sama perempuan, sama-sama semester tujuh, dan sama-sama mendapatkan nilai 4 pada saat sidang munaqosyah. Jadi, saya kira pasti pihak birokrasi lebih sulit dalam menentukan keputusan. Toh, yang namanya mahasiswa terbaik kan hanya satu,” jelas perempuan kelahiran Bojonegoro.

Mengenai permasalahan dirinya yang mendadak viral di media sosial, ia tidak melarang bagi siapapun yang memasang fotonya (baca : status), karena menurutnya hal itu adalah hak setiap orang dan juga merupakan wujud rasa peduli mereka.

“Saya tidak melarang bagi mereka yang post status tentang diri saya, tapi saya rasa hal itu sudah cukup. tidak perlu dilakukan lagi. Semuanya sudah selesai, dan saya pribadi-pun menerimanya. Prestasi akademik yang saya peroleh bukanlah apa-apa, bagi saya yang terpenting adalah akhlak. Untuk apa akademik bagus, jika tidak sebanding dengan perilaku,” tandas perempuan yang pernah tergabung dalam organisasi HMJ Ilmu Falak. (ulia_[i])

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *