lpminvest.com– Stabilitas ekonomi makro di tanah air belakangan sempat mengalami ‘depresi finansial’. Pasalnya nilai tukar rupiah melemah hingga mencapai level 13.000 Rupiah. Hal demikian tentu akan berimbas pada aktifitas ekonomi makro di Indonesia.
Harian Kompas, 30/03/2015, mewartakan bahwa nilai tukar Rupiah masih akan menghadapi sejumlah tantangan, baik dari sisi perekonomian global maupum domestik. Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengemukakan, nilai tukar saat ini di bawah nilai semestinya. Selasa, (21/04/2015).
Menyikapi ‘depresi finansial’ ini, Mohammad Fauzi, Kajur Prodi D3 Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Walisongo merasa turut prihatin. Terdapat variabel-variabel yang menyebabkan Rupiah kita ‘lesu’. Salah satunya adalah maraknya korupsi dan lemahnya penegakan hukum di negeri ini.
Simak komentar praktisi perbankan syariah dalam wawancara eksklusif Kepala Jurusan D3 Perbankan Syariah kepada reporter lpminvest.com.
Bagaimana pendapat Bapak mengenai jebloknya nilai tukar Rupiah?
“Ada dua faktor yang mempengaruhi nilai tukar Rupiah turun. Pertama; Faktor Internal, karena faktor Inflasi, defisit neraca perdagangan impor itu lebih besar dari pada ekspor dan mengakibatkan harus membayar dengan Dollar. Efeknya banyak dolar yang keluar, untuk belanja yang lebih banyak dikeluarkan. Maraknya korupsi yang mengakibatkan biaya mahal dan Investor malas untuk berinvestasi, lemahnya penegakan hukum, sehingga orang asing takut untuk masuk ke Indonesia.
Yang kedua, Faktor Eksternal; Karena kebijakan Bank Sentral Amerika. Diantaranya kebijakan mengurangi stimulus moneter yang berdampak pada banyaknya saham yang dijual, yang mengakibatkan harga akan turun. Situasi keuangan global yang tidak menentu. Jumlah hutang asing yang satu tempo membengkak telah berakibat kepada debitur berbondong-bondong membeli dollar untuk membayar hutang.”
Dengan anjloknya nilai tukar Rupiah, apa respon Bapak terhadap pemerintahan Jokowi-JK? Di lain hal, terjadi kenaikan harga beras, kelangkaan pupuk, kenaikan harga BBM dan harga bahan baku lainnya
“Tanggapan saya terhadap pemerintahan Jokowi-JK ini dari sisi keuangan lumayan bagus, karena sudah terbukti bahwa pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan. Tetapi kalau mengenai jebloknya nilai tukar rupiah, bukan semata-mata karena pemerintahnya yang salah. Ini karena faktor eksternal lebih dominan, seperti yang saya jelaskan tadi.”
Menurut Bapak, apa yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan nilai tukar Rupiah?
“Saran saya pemerintah harus mengkomunikasikan kepada masyarakat mengenai kebijakan yang akan di terapkan, agar masyarakat tidak kaget dengan kebijakan yang akan diterapka tersebut.”
Menyoal visi ekonomi islam, apakah ekonomi islam mampu menjadi solusi terhadap krisis ekonomi di Indonesia?
“Ekonomi Islam sangat mampu menyelesaikan krisis ekonomi, karena ekonomi Islam itu berbasis pada umat atau bervisi kerakyatan, dimana persebaraan dana tidak hanya untuk lembaganya.
“Karena menggunakan sistem bagi hasil, bank syariah lebih kuat dari pada bank konvensional. Terbukti di tahun 1998, bank syariah menjadi solusi atas krisis ekonomi. Apabila basis ini terus dijalankan maka ekonomi islam akan menjadi solusi dalam mensejahterakan rakyat.” (Tatang_Invest)