Indonesia Development Forum 2022: 4 Strategi Pertumbuhan di Masa Depan

Puncsk Acara Indonesia Development Forum 2022. Sumber: Youtube
Oleh: Ahmad Kasyif Syarof (Wakil PU)

Indonesia Development Forum (IDF) merupakan forum berskala Internasional ang dihadiri para petinggi luar Negeri dan turut mengundang pemerintah Indonesia dimana pembahasan utamanya adalah tentang pembangunan. Pada tahun 2022, forum IDF diadakan di Bali, Indonesia pada tanggal 21-22 November yang lalu dengan usungan tema The 2045 Development Agenda: New Industrialization Paradigma for Indonesia’s Economic Transformation”. Pembahasan acara akbar itu meliputi strategi dan solusi terbaik untuk menjawab tantangan pembangunan dan industri. Rangkaian acara IDF tahun ini memuat 4 skema.

Pertama INSPIRE, merupakan rangkaian yang menghimpun sumber inspirasi perumusan kebijakan diantaranya berasal dari praktik terbaik dan kisah sukses yang dapat menjadi motto serta pembelajaran. Kedua, IMAGINE sebagai rangkaian yang menampung aspirasi masa depan Indonesia yaitu ide-ide segar dari berbagai lapisan masyarakat terkait arah solusi yang perlu diambil dalam mengatasi tantangan pembangunan dan masih merupakan buah pemikiran yang butuh dimatangkan lebih lanjut untuk memperjelas wujudnya. Ketiga, INNOVATE merupakan sesi yang mewadahi diskusi produktif mengenai ide-ide pembangunan yang sudah berbentuk inovasi, dimana relatif terdapat kesiapan lebih terkait program maupun produk inovasi dengan potensi lebih untuk selanjutnya, mengarah kepada kreasi an kolaborasi untuk proses Implementasi, sedangkan yang terakhir yaitu INITIATE. Keempat, INITIATE merupakan tahap akhir berupa rencana aksi dan rencana tindak lanjut IDF yang berperan menutup keseluruhan rangkaian acara tersebut. Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Kementerian PPN/Sekretaris Utama Bappenas, Bapak Taufiq Hanafi.

Puncsk Acara Indonesia Development Forum 2022. Sumber: Youtube

Pembangunan Indonesia dilihat dari berbagai fundamentalnya terdapat 4 sumber pertumbuhan dalam Negeri dimasa depan. Pertama, Industri Pengolahan dimana Industri ini harus menjadi Industri Kompleks yang didalamnya juga menguasai pasar, produksi, serta teknologinya. Adanya hal diatas, maka Industri Pengolahan akan menjadi Industri Maju dan berbeda dengan Industri yang marak di Indonesia yakni Industri Garmen.

Kedua, Ekspor dibidang jasa, jika dilihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) dunia ekspor impor hanya tentang barang. Bahkan tidak ada sama sekali yang menyangkut ekspor impor jasa. Agar Triwulan III Indonesia bisa lebih kuat, maka harus memperbaiki neraca perdagangan jasa, jadi tidak hanya barang tapi juga jasa. Contoh Negara yang sukses dibidang ekspor jasa adalah Korea Selatan. Negara ini menumbuhkan ekspor jasa melalui Drama Korea (Drakor) dan K-Pop. Salah satu ekspor jasa yang berpotensi di Indonesia yakni sektor pariwisata, seperti yang kita ketahui bahwa sektor pariwisata di negara ini sangat berkembang. Hal tersebut tercermin dari adanya KTT G20 beberapa waktu lalu yang dihadiri perwakilan setiap negara keanggotaan forum multilateral itu. G20 memberikan dampak positif terhadap sektor pariwisata Indonesia, khususnya wilayah Bali.

Ketiga, Ekonomi Digital dimana Indonesia sudah jelas mempunyai potensi ekonomi digital. Bisnis digital hidup karena adanya Interrnet Connection (Jaringan Internet). Salah satu faktor yang bisa membuat ekonomi digital berkembang adalah Entrepreneurship yang muncul dari perusahaan-perusahaan Start-Up. Indonesia butuh lebih banyak pengusaha untuk meningkatkan Start-Up agar bisa bersaing dengan Negara lain mengingat sekarang Indonesia masuk ke dalam 10 Negara dengan Industri Start-Up terbesar.

Terakhir, Green Economy (Ekonomi Hijau). Indonesia adalah salah satu pemilik cadangan nikel terbesar. Bappenas harus menekan pemerintah terutama kepada Kementerian Energi dan PLN untuk membuat jaringan transmisi yang tidak lagi lokal. Karena dengan adanya baterai, maka konektivitas listriknya harus dibangun dengan grade yang lengkap.

Prof. Bambang Brodjonegoro menyampaikan satu (1) hal mengenai potensi manufaktur Indonesia, “Kalau kita ingin mengaktualisasi manufaktur di Indonesia gunakanlah momen yang tepat. Jadi, ketika ndonesia punya program 10.000 megawatt lah atau sekian ribu megawatt harusnya pada saat itu juga Indonesia membangun kapabilitas Manufacturing untuk Builder, untuk Turbin”. Prof. Ricardo Hausmann juga menyampaikan terkait keseriusan Indonesia terhadap Green Economy, ”Kalau Indonesia mau serius masuk Green Economy, jangan hanya menjadi Consumer yang baik, jangan hanya menjadi Importer yang baik, tapi jadilah produser yang kompeten, produser yang nantinya bisa bikin berbagai macam jenis pembangkit atau teknologi yang berkaitan tentang Green Economy”.

Adanya gambaran empat (4) sumber pertumbuhan Indonesia dimasa depan, bukan hanya pemerintah yang berperan untuk kemajuan ekonomi di Indonesia. Namun lebih dari itu, masyarakat juga bisa turut andil dalam memajukan sektor ekonomi pembangunan di Indonesia nan berkelanjutan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *